28 Sep 2014

KRT Sugono dan Asa Sepakbola Kabupaten Tegal


Beberapa saat yang lalu, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Sugono Adinegoro ditetapkan secara aklamasi sebagai Ketua Umum Asosiasi PSSI Kabupaten Tegal. Sugono, terpilih secara mutlak setelah mengumpulkan suara mayoritas peserta Musyawarah Cabang (Muscab) yang hadir di Rumah Makan Pring Cendani Adiwerna, Minggu (28/9) siang. 

Para undangan yang terdiri dari pengurus klub, baik Divisi I maupun Divisi II Kabupaten Tegal, sepakat mengusung Wakil Ketua DPRD Kabupaten Tegal tersebut, yang juga merupakan satu-satunya kandidat calon ketua, sebagai ketua umum untuk menahkodai gerbong sepakbola Negeri Seribu Poci, untuk empat tahun ke depan. Terpilihnya Sugono, tentu membangkitkan gairah, asa, dan harapan publik lereng Gunung Slamet, yang selama ini merindukan kejayaan Laskar Ki Gede Sebayu.

Sebagai ketua terpilih, dalam pidatonya Sugono menegaskan, dia berkomitmen untuk bersama-sama membangun kembali semangat yang telah lama tertidur pulas. Pria berkacamata itu meminta, agar semua ikut berpartisipasi, bantu-binantu dalam mewujudkan cita-cita luhur kebangkitan sepakbola Kabupaten Tegal.

Meskipun tidak mudah, paling tidak Sugono benar. Cita-cita kebangkitan sepakbola, memang tidak serta-merta hanya bisa dipikulkan di pundaknya saja. Lelaki yang jika dipandang mengingatkan wajah Basuki Tjahaja Purnama itu, tetap harus berholopiskuntulbaris, baik dengan tokoh maupun akar rumput sepakbola.

Dalam jangka waktu seminggu ini, ketua terpilih harus jeli. Seperti kata orang yang dalam Muscab duduk di bangku sebelah, Sugono merepresentasikan semangat muda yang fresh dan energik. Oleh karena itu, sebaiknya dalam pembentukan formatur, jajarannya diisi dengan orang-orang muda yang senafas: fresh, lagi energik. Yaitu, orang-orang yang bersedia berlari, dan tidak memiliki tendensi apa pun, kecuali untuk kemajuan sepakbola Kabupaten Tegal.

Untuk generasi tua yang kontraproduktif, sebaiknya ditempatkan di kursi luar pagar saja. Berikan kesempatan untuk menjadi penonton yang baik. Jika bersedia, dengan segala kerendahan hati, mari kita nobatkan mereka sebagai sesepuh sepakbola, yang tak tergantikan karena kesepuhannya. Penobatan itu, barang tentu wujud terima kasih yang teramat layak untuk kerja mereka selama ini, meskipun juga hasilnya begini-begini saja.

Kabupaten Tegal, seperti dikatakan banyak orang, sebenarnya memiliki sumber daya dan potensi yang luar biasa, termasuk dalam urusan tendang-menendang bola. Bahkan, Kabupaten Brebes yang sepakbolanya kini dua langkah lebih maju, dulunya mengaku berguru ke Kabupaten Tegal. 

Sebagai seorang PDI-Perjuangan, Sugono mau tidak mau harus nasionalis, dan memang harus nasionalis. Sedangkan seorang nasionalis, semestinya akan mementingkan kepentingan luas di atas kepentingan pribadinya sendiri. Demikianlah memang hukumnya. Meskipun pada akhirnya, sepakbola bukan milik Para Banteng saja, setidaknya, sebagai kader Banteng, dia tentu faham benar pepatah Sanksekerta: "Karmanye Vadikaraste Maphaleshu Kadachana" itu.

Sampai di situ, orang yang tadi duduk di bangku sebelah kemudian berbisik: “Di luar Wakil Ketua DPRD Kabupaten Tegal, dia itu seorang  pengusaha di Margasari. Insya Allah duite akeh, lan ora bakal clutak ngregoni anggaran. Dia akan melaksanakan kewajiban, tanpa memperhitungkan untung dan rugi. Seperti terjemahan pepatah Sanksekerta, yang merupakan nasehat Kresna kepada Arjuna itu.”

Sambil menyeruput Teh Poci, meskipun tanpa Tahu Aci, aku tetap manggut-manggut. Memang, soal anggaran sangat krusial. Itu menjadi hal yang teramat penting dalam penyelenggaraan klub sepakbola yang masih berlabel "amatir" ini. Sebab, bagaimana klub mau berbicara berprestasi, jika anggaran saja diregoni, digerogoti? Justru, memang pengurus seharusnya berani mempertaruhkan tenaga, pikiran, bahkan materinya. Apalagi, ketua terpilih merupakan wakil rakyat, yang digaji dari uang rakyat. Toh, kalau mau tombok, setidaknya itu juga “uang dari rakyat.” 

Perspektifnya, semua untuk nama baik Kabupaten Tegal. Dan itulah hakekatnya perjuangan.

Lihat saja Persab Brebes, mereka memiliki anggaran yang cukup aduhai. Itu juga tidak lepas dari dukungan Bupati Idza Priyanti, dan kepengurusan yang mau berkorban. Sehingga, wacana Divisi Utama pun, rasanya tidak perlu hanya dalam isapan jempol semata. Untuk soal itu, orang yang sejak tadi duduk di bangku sebelah kembali berujar: “Lah yen neng kene, tah suka neng nggo wayangan.” 

Tetapi apa pun, bola kini sudah berada di kedua kaki Sugono. Bagi yang merasa Bek, Gelandang, atau pun Striker, mari tetap mengawal dan mengiringi dengan jantan; agar si kulit bundar melesat ke jala yang benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar