Beberapa saat yang lalu, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT)
Sugono Adinegoro ditetapkan secara aklamasi sebagai Ketua Umum Asosiasi PSSI Kabupaten Tegal. Sugono, terpilih secara mutlak setelah mengumpulkan suara
mayoritas peserta Musyawarah Cabang (Muscab) yang hadir di Rumah Makan Pring
Cendani Adiwerna, Minggu (28/9) siang.
Para undangan yang terdiri dari pengurus klub, baik Divisi
I maupun Divisi II Kabupaten Tegal, sepakat mengusung Wakil Ketua DPRD
Kabupaten Tegal tersebut, yang juga merupakan satu-satunya kandidat calon
ketua, sebagai ketua umum untuk menahkodai gerbong sepakbola Negeri Seribu
Poci, untuk empat tahun ke depan. Terpilihnya Sugono, tentu membangkitkan
gairah, asa, dan harapan publik lereng Gunung Slamet, yang selama ini
merindukan kejayaan Laskar Ki Gede Sebayu.
Sebagai ketua terpilih, dalam pidatonya Sugono menegaskan,
dia berkomitmen untuk bersama-sama membangun kembali semangat yang telah lama
tertidur pulas. Pria berkacamata itu meminta, agar semua ikut berpartisipasi,
bantu-binantu dalam mewujudkan cita-cita luhur kebangkitan sepakbola Kabupaten
Tegal.
Meskipun tidak mudah, paling tidak Sugono benar. Cita-cita
kebangkitan sepakbola, memang tidak serta-merta hanya bisa dipikulkan di
pundaknya saja. Lelaki yang jika dipandang mengingatkan wajah Basuki Tjahaja
Purnama itu, tetap harus berholopiskuntulbaris, baik dengan tokoh maupun akar
rumput sepakbola.
Dalam jangka waktu seminggu ini, ketua terpilih harus jeli.
Seperti kata orang yang dalam Muscab duduk di bangku sebelah, Sugono
merepresentasikan semangat muda yang fresh dan energik. Oleh karena itu, sebaiknya
dalam pembentukan formatur, jajarannya diisi dengan orang-orang muda yang
senafas: fresh, lagi energik. Yaitu, orang-orang yang bersedia berlari, dan
tidak memiliki tendensi apa pun, kecuali untuk kemajuan sepakbola Kabupaten
Tegal.
Untuk generasi tua yang kontraproduktif, sebaiknya
ditempatkan di kursi luar pagar saja. Berikan kesempatan untuk menjadi
penonton yang baik. Jika bersedia, dengan segala kerendahan hati, mari kita
nobatkan mereka sebagai sesepuh sepakbola, yang tak tergantikan karena
kesepuhannya. Penobatan itu, barang tentu wujud terima kasih yang teramat layak
untuk kerja mereka selama ini, meskipun juga hasilnya begini-begini saja.
Kabupaten Tegal, seperti dikatakan banyak orang, sebenarnya
memiliki sumber daya dan potensi yang luar biasa, termasuk dalam urusan
tendang-menendang bola. Bahkan, Kabupaten Brebes yang sepakbolanya kini dua
langkah lebih maju, dulunya mengaku berguru ke Kabupaten Tegal.
Sebagai seorang PDI-Perjuangan, Sugono mau tidak mau harus
nasionalis, dan memang harus nasionalis. Sedangkan seorang nasionalis,
semestinya akan mementingkan kepentingan luas di atas kepentingan pribadinya
sendiri. Demikianlah memang hukumnya. Meskipun pada akhirnya, sepakbola bukan
milik Para Banteng saja, setidaknya, sebagai kader Banteng, dia tentu faham
benar pepatah Sanksekerta: "Karmanye Vadikaraste Maphaleshu Kadachana" itu.
Sampai di situ, orang yang tadi duduk di bangku sebelah kemudian berbisik: “Di luar Wakil Ketua DPRD Kabupaten Tegal, dia
itu seorang pengusaha di Margasari. Insya Allah duite akeh, lan ora bakal
clutak ngregoni anggaran. Dia akan melaksanakan kewajiban, tanpa
memperhitungkan untung dan rugi. Seperti terjemahan pepatah Sanksekerta, yang
merupakan nasehat Kresna kepada Arjuna itu.”
Sambil menyeruput Teh Poci, meskipun tanpa Tahu Aci, aku tetap manggut-manggut. Memang, soal anggaran sangat krusial. Itu menjadi hal
yang teramat penting dalam penyelenggaraan klub sepakbola yang masih berlabel
"amatir" ini. Sebab, bagaimana klub mau berbicara berprestasi, jika
anggaran saja diregoni, digerogoti? Justru, memang pengurus seharusnya berani
mempertaruhkan tenaga, pikiran, bahkan materinya. Apalagi, ketua terpilih
merupakan wakil rakyat, yang digaji dari uang rakyat. Toh, kalau mau tombok,
setidaknya itu juga “uang dari rakyat.”
Perspektifnya, semua untuk nama baik Kabupaten Tegal. Dan
itulah hakekatnya perjuangan.
Lihat saja Persab Brebes, mereka memiliki anggaran yang
cukup aduhai. Itu juga tidak lepas dari dukungan Bupati Idza Priyanti, dan kepengurusan
yang mau berkorban. Sehingga, wacana Divisi Utama pun, rasanya tidak perlu
hanya dalam isapan jempol semata. Untuk soal itu, orang yang sejak tadi duduk di bangku sebelah kembali berujar: “Lah yen neng kene, tah suka neng nggo
wayangan.”
Tetapi apa pun, bola kini sudah berada di kedua kaki Sugono. Bagi
yang merasa Bek, Gelandang, atau pun Striker, mari tetap mengawal dan mengiringi dengan
jantan; agar si kulit bundar melesat ke jala yang benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar