Dengan telah bersatunya daerah-daerah, maka musuh Mataram tinggal dua: VOC dan Kesultanan Banten yang tetap tidak mau menyatukan diri pada Mataram. Dengan demikian, Raja Mataram Sultan Agung menetapkan bahwa waktunya sudah tiba untuk menggempur VOC dan berkonfrontasi langsung ke Batavia. Paman Sultan Agung, Tumenggung Martalaya, diangkat menjadi Adipati Tegal, kota pantai yang baru saja tumbuh dan berkembang.
Pranata SSP dalam Catatan dari Imogiri (1977), menulis, Tumenggung Martalaya adalah Jenderal yang pada tahun 1616 memimpin ekspedisi penundukkan Lasem lewat jalan darat dan pembangkang paling jauh: Pasuruan, lewat jalan lautan. Sultan memerintahkan Adipati Jepara Bahureksa dan Adipati Tegal Martalaya, untuk mempersiapkan Divisi Kaladuta, suatu divisi tempur yang perkasa untuk menggempur VOC di Batavia.
Tumenggung Bahureksa harus bekerja keras membangun kembali Jepara, pangkalan militer utama Mataram yang porakporanda akibat serangan VOC pada tahun 1618-1819. Sedangkan Tumenggung Martalaya, diberi tugas untuk membangun Tegal yang sedang tumbuh untuk disulap menjadi pangkalan militer kedua setelah Jepara. Persiapan militer juga dilakukan di Kendal, Pekalongan, dan Batang.
Tetapi, yang terbesar hanya di Jepara dan Tegal. Pabrik-pabrik kapal didirikan, pabrik-pabrik senjata diperbanyak, asrama-asrama militer dibangun, dan ahli-ahli senjata didatangkan dari Pusat Mataram dan Surabaya. Tahun 1628 tiba. Dimulailah kisah legendaris itu. Divisi Kaladuta yang dipimpin Adipati Bahureksa berangkat dari Jepara. Armada ini kemudian diperkuat kapal perang yang bertolak dari Tegal.
Ekspedisi gelombang pertama ini terdiri dari tiga ribu kapal perang, memuat seratus batalyon infantri atau seratus ribu orang lengkap bersenjata dan terlatih. Pendek kata, Divisi Kala Duta I dan II gagal menundukkan Batavia. Sultan Agung bertekad meneruskan perjuangan fisik untuk merebut Jayakarta dari tangan VOC.
Sesudah tahun 1629, Jepara dan Tegal diperintahkan untuk melakukan persiapan-persiapan baru, yaitu dengan membuat kapal perang-kapal perang baru, pembangunan gudang perbekalan, menghidupkan kembali pabrik senjata, dan mengerahkan tenaga baru dari generasi muda untuk menjadi prajurit. Divisi baru ini yang mungkin akan diberi nama Divisi Kaladuta III.
Sehingga, dengan demikian, kota-kota pelabuhan seperti Jepara, Cirebon, dan Tegal merupakan pintu-pintu bersambungan untuk menggempur Batavia. Terkhusus, kemudian, Tegal disebut-sebut sebagai Gerbang Mataram kerena merupakan akses pintu paling barat dari wilayah Kerajaan Mataram. (*)
Pranata SSP dalam Catatan dari Imogiri (1977), menulis, Tumenggung Martalaya adalah Jenderal yang pada tahun 1616 memimpin ekspedisi penundukkan Lasem lewat jalan darat dan pembangkang paling jauh: Pasuruan, lewat jalan lautan. Sultan memerintahkan Adipati Jepara Bahureksa dan Adipati Tegal Martalaya, untuk mempersiapkan Divisi Kaladuta, suatu divisi tempur yang perkasa untuk menggempur VOC di Batavia.
Tumenggung Bahureksa harus bekerja keras membangun kembali Jepara, pangkalan militer utama Mataram yang porakporanda akibat serangan VOC pada tahun 1618-1819. Sedangkan Tumenggung Martalaya, diberi tugas untuk membangun Tegal yang sedang tumbuh untuk disulap menjadi pangkalan militer kedua setelah Jepara. Persiapan militer juga dilakukan di Kendal, Pekalongan, dan Batang.
Tetapi, yang terbesar hanya di Jepara dan Tegal. Pabrik-pabrik kapal didirikan, pabrik-pabrik senjata diperbanyak, asrama-asrama militer dibangun, dan ahli-ahli senjata didatangkan dari Pusat Mataram dan Surabaya. Tahun 1628 tiba. Dimulailah kisah legendaris itu. Divisi Kaladuta yang dipimpin Adipati Bahureksa berangkat dari Jepara. Armada ini kemudian diperkuat kapal perang yang bertolak dari Tegal.
Ekspedisi gelombang pertama ini terdiri dari tiga ribu kapal perang, memuat seratus batalyon infantri atau seratus ribu orang lengkap bersenjata dan terlatih. Pendek kata, Divisi Kala Duta I dan II gagal menundukkan Batavia. Sultan Agung bertekad meneruskan perjuangan fisik untuk merebut Jayakarta dari tangan VOC.
Sesudah tahun 1629, Jepara dan Tegal diperintahkan untuk melakukan persiapan-persiapan baru, yaitu dengan membuat kapal perang-kapal perang baru, pembangunan gudang perbekalan, menghidupkan kembali pabrik senjata, dan mengerahkan tenaga baru dari generasi muda untuk menjadi prajurit. Divisi baru ini yang mungkin akan diberi nama Divisi Kaladuta III.
Sehingga, dengan demikian, kota-kota pelabuhan seperti Jepara, Cirebon, dan Tegal merupakan pintu-pintu bersambungan untuk menggempur Batavia. Terkhusus, kemudian, Tegal disebut-sebut sebagai Gerbang Mataram kerena merupakan akses pintu paling barat dari wilayah Kerajaan Mataram. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar