Tidak sengaja, ketika mengantri di sebuah bengkel daerah Jakarta
Selatan, judul headline surat kabar itu terpampang jelas dengan huruf tebal: “Indonesia
Terlalu Cepat Puas Diri.” Dalam hati: ada benarnya juga, tetapi selain cepat puas diri, bangsa
ini juga memang onggrongan, bahkan keonggrongannya telah mencapai taraf super
internasional.
Ya onggrongan, onggrongan ketika bisa membeli, padahal sebenarnya
bisa memproduksi sendiri. Onggrongan
ketika bisa bermewah-mewah, sementara kolong jembatan penuh sesak karena
disulap menjadi kontrakan Tuna Wisma. Onggrongan saling adu kekuatan, sedangkan
dari nun jauh disana, ‘Belanda’ tertawa dengan gembiranya melihat devide et
impera yang diterapkan semasa masih Hindia, bahkan Nusantara; berhasil kembali
dipraktekkan di bumi Indonesia.
Semua itu adalah perilaku kerdil dari bangsa yang sesungguhnya besar. Bangsa yang terlalu cepat puas diri ini, juga rupanya tidak mau kunjung berkaca. Atau kita sebut saja bangsa ini sedang dalam masa pesakitan lama? Oh, seandainya mau berkaca, pasti tidak akan lupa kebesaran Sriwijaya, kedigdayaan Gajah Mada dan Majapahitnya, ketangkasan Sultan Agung dari Mataram, dan kegagahan Soekarno-Hatta sebagai Proklamator bangsa.
Orang bilang, tanah ini tanah surga, gemah ripah loh jinawi tata tentram kartaraharja, zambrud khatulistiwa, mantan teritorial peradaban Atlantis, dan banyak lagi sebutan indah dan agung lainnya. Tolong, berhentilah berpuas diri dan menganggap sebutan itu hanya slogan kosong tanpa dasar. Jadikan ia martil untuk memantik kesadaran bahwa bangsa ini seharusnya bangsa yang bisa menjadi lebih besar.
Semua itu adalah perilaku kerdil dari bangsa yang sesungguhnya besar. Bangsa yang terlalu cepat puas diri ini, juga rupanya tidak mau kunjung berkaca. Atau kita sebut saja bangsa ini sedang dalam masa pesakitan lama? Oh, seandainya mau berkaca, pasti tidak akan lupa kebesaran Sriwijaya, kedigdayaan Gajah Mada dan Majapahitnya, ketangkasan Sultan Agung dari Mataram, dan kegagahan Soekarno-Hatta sebagai Proklamator bangsa.
Orang bilang, tanah ini tanah surga, gemah ripah loh jinawi tata tentram kartaraharja, zambrud khatulistiwa, mantan teritorial peradaban Atlantis, dan banyak lagi sebutan indah dan agung lainnya. Tolong, berhentilah berpuas diri dan menganggap sebutan itu hanya slogan kosong tanpa dasar. Jadikan ia martil untuk memantik kesadaran bahwa bangsa ini seharusnya bangsa yang bisa menjadi lebih besar.
Segeralah sembuh, sehat tidak datang dengan sendirinya, jangan
menunggu dokter yang tidak kunjung memberi obat. Kita adalah ‘dokter’ dan ‘obat’ itu sendiri. Kita adalah bangsa Garuda, berpuas diri dalam keadaan emprit
adalah bencana. Sebab ‘Belanda’ akan riang gembira menyaksikan Garuda yang lupa bahwa dirinya adalah Garuda. Sebab emprit akan mudah masuk perangkap,
sedang Garuda tidak!
Jadi berhentilah berjumawah selama masih emprit, bangsa ini adalah
Garuda. Lekaslah berkaca; agar tampak wajah Garuda yang sebenarnya. Yakinlah,
jika Garuda sadar bahwa dirinya adalah Garuda, ia akan cengkeram dunia. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar