Bapak Tua
itu: berpakaian lengkap, rapi dengan atribut kebanggan Veteran. Dibawah terik
langit Bekasi, ia menawarkan beberapa gambar foto Presiden diantaranya Bung Karno
dan Yudhoyono.
Hati dalam dada ini bergetar, tentu saja, karena memang sudah menjadi perhatian: nasib Veteran, terutama soal kesejahteraan; di Republik yang sebentar lagi merayakan
hari kemerdekaannya ini, Veteran memang tidak sebaik Gayus Tambunan atau Nazzarudin
sebelum masuk tahanan.
Ironis, Pemerintah sepertinya belum siap menganggap Veteran sebagai 'kekasih', yang seharusnya dicintai dan dikasihi. Padahal, Veteran adalah seikhlas-ikhlasnya Pejuang yang dulu siap memberikan jiwa-raga, harta-benda demi terjaganya kedaulatan Ibu Pertiwi dari kaum penjajah. Kok tidak dihargai?
Sebegitu sombongkah Pemerintah, sehingga absen dalam menghargai jasa mereka? Sampai-sampai sekian diantaranya terpaksa turun kejalan, berperang melawan himpitan kesejahteraan, menjual Bung Karno demi tambahan rezeki di negeri yang mereka merdekakan? Apa memang Pemerintah sudah tidak lagi punya cinta? hingga hilang akal dan peka? Untuk itu, aku memutuskan untuk membeli gambar Bung Karno saja.
Sebelum kemudian aku membuat tulisan ini, sambil duduk termenung memandang gambar Bung Karno, dalam hati merintih: wahai Bung Karno, mereka menjualmu untuk meminta sedikit keikhlasan dari seorang aku, yang lahir di masa tinggal mencicipi kemerdekaan. Kemana saja Pemerintah yang selalu mengobral janji kesejahteraan?
Ketika barangkali pemerintah lalai; apa ini juga peringatan terhadap aku: agar di kemudian nanti; sebagai penerus harus bisa lebih nyata memberikan rasa terimakasih; atas jasa jasa para Pahlawan Pejuang Kemerdekaan, yang telah berkorban demi tertananmya sebuah negeri bernama Indonesia Raya ini?
Syahdan, seberapapun besarnya uang yang aku ikhlaskan, rasanya tidak akan bisa membalas semua jasa-jasa Para Pejuang Kemerdekaan. Semoga setelah ini; mereka segera tersejahterakan, dan tidak ada lagi dari mereka yang turun ke jalan; menuntut kesejahteraan di negeri yang telah mereka merdekakan. (*)
Ironis, Pemerintah sepertinya belum siap menganggap Veteran sebagai 'kekasih', yang seharusnya dicintai dan dikasihi. Padahal, Veteran adalah seikhlas-ikhlasnya Pejuang yang dulu siap memberikan jiwa-raga, harta-benda demi terjaganya kedaulatan Ibu Pertiwi dari kaum penjajah. Kok tidak dihargai?
Sebegitu sombongkah Pemerintah, sehingga absen dalam menghargai jasa mereka? Sampai-sampai sekian diantaranya terpaksa turun kejalan, berperang melawan himpitan kesejahteraan, menjual Bung Karno demi tambahan rezeki di negeri yang mereka merdekakan? Apa memang Pemerintah sudah tidak lagi punya cinta? hingga hilang akal dan peka? Untuk itu, aku memutuskan untuk membeli gambar Bung Karno saja.
Sebelum kemudian aku membuat tulisan ini, sambil duduk termenung memandang gambar Bung Karno, dalam hati merintih: wahai Bung Karno, mereka menjualmu untuk meminta sedikit keikhlasan dari seorang aku, yang lahir di masa tinggal mencicipi kemerdekaan. Kemana saja Pemerintah yang selalu mengobral janji kesejahteraan?
Ketika barangkali pemerintah lalai; apa ini juga peringatan terhadap aku: agar di kemudian nanti; sebagai penerus harus bisa lebih nyata memberikan rasa terimakasih; atas jasa jasa para Pahlawan Pejuang Kemerdekaan, yang telah berkorban demi tertananmya sebuah negeri bernama Indonesia Raya ini?
Syahdan, seberapapun besarnya uang yang aku ikhlaskan, rasanya tidak akan bisa membalas semua jasa-jasa Para Pejuang Kemerdekaan. Semoga setelah ini; mereka segera tersejahterakan, dan tidak ada lagi dari mereka yang turun ke jalan; menuntut kesejahteraan di negeri yang telah mereka merdekakan. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar