20 Jul 2012

Natsir

Pagi itu, sebuah pesan melayang di seluler: Undangan untuk menghadiri Refleksi Pemikiran Etika dan Moral Politik Mohammad Natsir di Aula Buya Hamka, Universitas Al-Azhar, Kebayoran, Jakarta Selatan. Menarik, meskipun Natsir katanya pernah berbeda pandangan dengan Soekarno. Tetapi, itu tidak lantas menjadikan alasan untuk absen menghadiri undangan. Juga, di dalam hati: perbedaan adalah fitri, akan selalu ada mutiara dalam tumpukan pasir hitam. Maka aku bersepeda motor, berangkatlah diri ini. 

Malam itu, yang menjadi pembicara adalah Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi; Jimly Asshiddiqie, Mantan Wakil Ketua MPR Periode 2004-2009; A.M Fatwa, Mantan Menteri Sosial; Bachtiar Chamsyah, dan A.M Lutfi. “Demokrasi adalah sistem yang paling dekat dengan Islam, daripada sistem Otoriter, Monarki, atau Kerajaan sekalipun.” Demikian A.M Lutfi ketika menjadi pembicara awal.

Kemudian bergantian A.M Fatwa, ia bercerita: Pada Peristiwa Tanjung Priok tahun 1984 adalah bentuk kombinasi kegagalan pemerintahan Orde Baru menangani perlawanan terhadap Pancasila sebagai azas tunggal. Ia juga menegaskan, yang memprovokasi adalah Intelejen, sehingga terjadi kerusuhan. Yang terakhir; Jimly banyak bercerita; ia mengatakan bahwa kekayaan dan kekuasaan hanyalah alat, bukan tujuan untuk mencapai kemuliaan. Kepahlawanan Natsir dapat dijadikan pelajaran dan teladan untuk memperbaiki akhlak di bidang politik. 

"Negara kita sedang mengalami kerusakan serius, perlu upaya total untuk memperbaikinya termasuk etika politik," kata Jimly. Masih kata Jimly: "Negarawan seperti Pak Natsir perlu dijadikan contoh selain karena moralitas politik yang membuatnya dihormati kawan dan disegani lawan, beliau sangat memperhatikan kaderisasi bagi generasi penerus bangsa. Kita rindu sosok seperti beliau.

Politik membutuhkan moral dan etika dalam pelaksanaan. “Jadilah da'i yang politikus, jangan poltikus yang da'i,” tegas Jimly. Sungguh politikus yang bermoral dan beretika kelak pasti akan dikenang anak-cucu kita: seperti Mohammad Natsir, Da’i, Pejuang, Politikus dan Negarawan yang patut dijadikan teladan. Alhamdulillah, sepulangnya dari sana; aku menemukan mutiara. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar