22 Jun 2012

Misteri

Malam ini Fani begitu misteri: “Dan kini, ingin aku mengakhiri ketegangan semua ini, mengalah saja pada yang terhormat.” Begitu ia megawali. Kemudian ia kembali: “Dari awal hingga kini, memang itu menjadi misteri; penontonnya saja dibuat kebingungan oleh alur maju mundur. Aku rasa akan tetap baik-baik saja. Tetapi sepertinya peran antagonis akan terus melawan peran protagonis. Titik.”

Aku dibuatnya merinding, serasa ada semangat Kartini yang hidup di sini. Di alam demokrasi seperti sekarang, perbedaan pendapat yang menimbulkan ketegangan menjadi wajar. Apalagi bebas berpendapat telah terlanjur dijamin oleh undang-undang.

Dalam panggung sandiwara; dimanapun pasti ada yang mulia dan ada yang jahat, yang satu antagonis lainnya protagonis. Semua diciptakan dengan peran akting masing-masing. Ada yang licik layaknya Sengkuni, ada juga yang bijaksana seperti Kresna. Kemuliaan akan diuji oleh kejahatan.

Jadi terlintas ungkapan Pramoedya: “Kita telah melawan Nak, dengan sebaik-baiknya, dengan sehormat-hormatnya.” Dan sungguh betapa romantisnya dunia jika pada akhirnya kita ingat pepatah Jawa: Sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti; segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar. (*)

1 komentar:

  1. Lewat kata dan tulisan Kartini berjuang, tugasmu: adalah merawat agar semangatnya tidak pernah pudar. Lesatkan dengan tepat sasaran panahmu itu, Srikandi.

    BalasHapus