22 Feb 2015

1962


Sejarah adalah tempat keberangkatan. Jika tempat berangkat saja kita tidak tahu, lalu, bagaimana dengan tujuan yang akan kita tuju? Penulis asal Sovyet, Maxim Gorky, bahkan memiliki teori tersendiri soal ini: Rakyat harus tahu sejarahnya. “The people must know their history,” kata pengarang yang menginspirasi Pramoedya Ananta Toer itu. Lain Gorky, Bapak Proklamator Indonesia Bung Karno jauh-jauh hari telah mewanti-wanti; jangan sekali-kali melupakan sejarah, jas merah!

Dalam artikel lama berjudul Masih Teka-Teki, aku pernah menulis: burengnya sejarah kelahiran Persekat Kabupaten Tegal, selain karena minim dan sepi publikasi, juga karena sampai saat ini, terjadi semacam ‘kemiskinan’ kesadaran untuk mencari tahu dan mencatat. Sehingga, fakta sejarah menjadi serpihan yang tercecer ke mana-mana, di mana-mana. Padahal, sejarah adalah batu pijakan, kekuatan kaki untuk melangkah ke hari depan.

Belum lama ini, Asosiasi PSSI Kabupaten Tegal mengundang sesepuh dan tokoh persepakbolaan di tanah Slawi. Di antaranya yang hadir, yakni Parjono dan Tarmuji. Pada kesempatan itu, sidang menyepakati, berdasarkan memori kolektif dan dicocokan dengan data-data yang ada, kelahiran Persekat ditetapkan pada tahun 1962. Sebelumnya, publik mengambill tahun 1986 sebagai ‘kemungkinan’ bayi Persekat dilahirkan.

Asumsi tahun 1986, diambil seiring masa transisi perpindahan pemerintahan administratif Kabupaten Tegal, yang ‘bercerai’ dengan Kota Tegal, dan kemudian beribukota di Slawi. Dalam sidang yang diselengarakan di kompleks DPRD Kabupaten Tegal kemarin, dipastikan, bahwa, Persekat lebih dulu dilahirkan dari Persegal Kota Tegal. Periode 1960-an, memang merupakan periode di mana klub-klub di karesidenan Pekalongan mulai banyak bermunculan. Seperti misalnya, Persab Brebes yang didirikan tahun 1964.

Parjono dan Tarmuji menuturkan, cikal Persekat pertama kali merumput di Lapangan Sepak Bola Dukuh Kemanglen, Kelurahan Pakembaran, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal. Lapangan ini, semula adalah Pabrik Gula yang sempat eksis di jaman Belanda, pada tahun 1870-an. Maklum, Stadion Tri Sanja yang kini menjadi home base, baru didirikan pada tahun 1980-an. Karena satu dan lain hal, Persekat diketahui pernah bolak-balik merumput ke Kota Tegal.

Singkat kata, Persegal ketika itu, kemudian menjadi lebih hidup dibandingkan Persekat. Ketika Persekat mati suri, di Kabupaten Tegal muncul perkumpulan-perkumpulan sepak bola. Salah satu yang diceritakan, Tim Kere-Kere Kumpul atau Kerepul. Konon, tim ini dihuni oleh pemain-pemain yang kere (susah). Kendati demikian, prestasi Tim Kerepul tidak main-main. Mereka ikut kompetisi dengan menggunakan bendera Persekat. Pemain-pemain Persegal, saat itu juga tidak sedikit yang kemudian bermigrasi membela Persekat.

Jika dulu Persegal diduga sebagai cikal bakal Persekat, sekarang sesepuh telah mengabarkan sebaliknya: Persekat adalah cikal bakal Persegal, karena Persekat lebih dulu dilahirkan. Lebih dari itu, penetapan sejarah ini sedikit telah menyibak teka-teki. Ini, merupakan hal baru dalam kepengurusan Askab PSSI Kabupaten Tegal, yang kini dikomandani KRT Sugono Adinegoro. Sebelumnya, sejarah kelahiran dianggap tidak penting.

Setidaknya, hal itu menunjukkan spirit, kepengurusan baru benar-benar memiliki komitmen untuk natani, nguripi, lan ngopeni Laskar Ki Gede Sebayu, bukan sebaliknya. Sebab, demikianlah seharusnya watak yang Negali. Begitulah semestinya penggambaran dari bocah angon yang disiratkan dalam falsafah Banteng Loreng Binoncengan. Ke depan, semoga bocah angon dan bantengnya yang diangon itu tetap senafas dalam menghadapi ujian yang mungkin datang dari raja hutan. Semoga saja!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar